17/07/12

Graduation Day Sulungku







Pasang memasang dilakukan dengan penuh cinta oleh Mama Ghea
 Duduk manis menunggu dipanggil (disamping kirinya ada Nahda yang wisudawati terbaik itu)
 Lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri dan Untukmu Guruku dikumandangkan

GRADUATION DAY SULUNGKU

Cepat sekali waktu berlalu, tau-tau 6 tahun sudah dilalui Kakak di SDIT Ibnu Sina, senang dan haru bercampur-aduk. Teringat jelas saat-saat enam tahun lalu kami berdua menungguinya wawancara dan psikotest di pelataran SDIT Ibnu Sina yang saat itu masih sangat sederhana bangunannya. Umurnya baru 5 ½ tahun, badannya yang bongsor mau tak mau memaksa kami untuk memasukkannya ke SD lebih cepat dari yang semestinya. Cemas sekali saat itu takut dia belum siap karena faktor usia yang belum mencukupi, dan lebih cemas lagi membayangkan bila masuk TK lagi akan jadi bahan olok-olok teman-temannya karena posturnya sudah seperti anak kelas 3 SD. Dan inilah keputusan sulit itu, Bismillah kami memilih SDIT Ibnu Sina untuk jadi tempat menuntut ilmu sekaligus mengasah budi bagi sulungku pada saat usianya baru 5 ½ tahun. -----(Banyak kejadian lucu akibat postur bongsornya Syifa---waktu itu Syifa lagi ambil wudhu dibagian pinggir trus ada anak kelas 4 yang mau ambil wudhu juga bilangnya gini “permisi kak, mau ambil wudhu sebelah sana” ha ha ha padahal Syifa masih kelas satu saat itu). Pas di rumah cerita, ayahnya ngakak gak abis2, Syifanya bingung (biasa aja kalee yah).------
 
Pontang panting cari kostum ini
Jilbab: by Robbani
Batik: unbranded
Rok: unbranded
Sepatu: by crocs (model sejuta umat)

Akhirnya sampai juga ke penghujung kelulusan, wisuda tahun ini diadakan di gedung pertemuan Universitas Dharma Persada, masih deket2 rumah juga, tapi alamak pagi-pagi dah rempong deh urusannya, yang mandi lelet lah yang sikat gigi sejam lah (lebay) yang pake jilbab margin kanan margin kiri gak imbang-imbang lah. Hadehhh, untungnya Afkar dihandel 100 persen sama Mbak Teti jadi aku bisa ngladeni kakaknya walaupun sambil nggremeng.


Jauh-jauh hari semua keperluan telah disiapkan, ceritanya ingin tampil istimewa pada hari yang juga istimewa. Ayahnya seperti biasa emoh neko-neko tadinya mau pake baju koko aja tapi akhirnya batal karena Syifa ngotot dress codenya “batik”, nanti takut ayah gak boleh masuk kalo gak pake batik (ketakutan khas anak-anak). Akhirnya ngalah juga pake batik. Pas sampe gedung ayah nunjuk2 sekelompok bapak2 yang pake jins dan kaos “liat tuh banyak juga yang gak pake batik”. Jawab Syifa “lhaaa terang aja itu kan tukang foto yah” gubrakks. Satu kosong buat Syifa.

Afkar minta turun mulu dari dorongan


Diajak liat ikan di kolem biar anteng



Dorong-dorong kursi walopun diliatin orang-orang



Di pintu masuk dipajang koleksi foto-foto saat kelas 1 s/d kelas 6 pake x-banner yang cukup tinggi, ada haru meyeruak saat melihat-lihat foto-foto itu, berbagai peristiwa melintas lintas di kepala bagai slide film yang diputar ulang. Oalah tak terasa air liur eh salah air mata pun bercucuran.

Kenangan saat kelas 1, Syifa dibelakang paling kanan

Saat kelas 2, pipinya tembam nian

Walaupun target nilai UN yang 27 tidak terlampaui, tapi nilai UN Syifa yang 26,75 buatku sudah cukup memuaskan dan layak diapresiasi mengingat kalau disuruh belajar susahnya minta ampyuun dan seringnya berantem dulu sama ayah baru mau belajar (aah lagi-lagi dia memang masih anak-anak).

hmmm...

Saat terwisuda naik ke panggung dibacakanlah karakter menonjol siswa satu per satu, nah karakter Syifa seperti yang ada pada foto. Tak begitu surprise karena dulu sekali saat ambil rapot, Bu Muki (wali kelas 1 sekaligus guru favorit Syifa) pernah mengatakan bahwa Syifa itu anaknya pemberani. Padahal saat TK dan awal-awal kelas 1 Syifa termasuk anak yang dikuyo-kuyo (bahasa ‘Arabnya’ dibully) sama temen-temennya. Awalnya aku suruh dia bersabar dan diam saja ketika ada temennya yang ngatain dia kayak tiang listrik lah begeng lah, nanti lama-lama juga capek sendiri kataku. Eeeh ternyata gak manjur berkali-kali terulang dan terulang lagi. Capek mendengar keluhannya setiap hari akhirnya aku mengajarinya untuk melawan, melawan dan melawan. Tentu saja karena pertahanan terbaik adalah menyerang. Dan manjur sodara sodara, sejak itu dia tak pernah lagi mengeluh, entah cara menyerang seperti apa yang dia terapkan, biarlah dia bebas berimprovisasi.


Syifa dengan selempang terwisuda Tahfidz
 Tiba saatnya acara wisuda Tahfidz Al-Quran, salut luar biasa atas keuletan guru-guru Tahfidz Ibnu Sina yang tahun ini meluluskan 13 anak yang hafal Juz 30 bahkan ada yang lebih (padahal tahun lalu kabarnya hanya 5 anak). Kalau pada saat pengumuman nilai UN ayah “menceramahi” Syifa karena target nilai 27 gak tercapai, kali ini ayah mengucapkan selamat pada Syifa yang jadi salah satu terwisuda Tahfidz, “itu baru anak ayah” katanya (emaknya ngaplo dengan sukses). (Selamat yo Nduk, mudah-mudahan kedepan bisa lebih baik lagi, amin).

Bye Ibnu Sina
Teachers!! jasamu tiada tara

Acara ditutup dengan salam-salaman antara siswa/siswi dan guru-guru, anak-anak maju diikuti kedua orang tuanya. Tampak para pahlawan tanpa tanda jasa itu menangis tersedu-sedu, sedih sekaligus bahagia. Terima kasih ibu bapak guru, tidak ada yang bisa imbang membalas jasamu.
                                                                                                                                   

                                                                                                                                              30 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar