Jika di medio 90-an hingga awal 2000-an Liga Italia masih berstatus sebagai liga paling elit se-Eropa. Kini kompetisi Seri A bisa segera menjadi hanya sekadar liga kelas dua di daratan Eropa.
Penilaian itu dikeluarkan oleh Direktur AC Milan Umberto Gandini terkait kondisi persepakbolaan di negaranya saat ini. Krisis keuangan yang melanda sebagian besar klub serta rendahnya animo penonton di sana jadi penyebabnya.
Contoh saja rataan penonton di stadion-stadion klub Seri A musim lalu hanya 24.603. Bandingkan dengan Bundesliga yang mencapai angka 42.441 per partai atau di Liga Inggris 34.150 serta di La Liga yaitu 27.699.
Meski Italia mengalami peningkatan yang cukup sigfinikan di rating televisi yaitu 20 persen (mencapai angka 1,41 juta dollar AS) terkait hak siar kolektif para peserta Seri A.
"Sepakbola Italia mengalami masalah besar. Ada penurunan dalam jumlah besar fans yang menonton ke stadion dan semakin banyak yang menonton lewat televisi," tutur Gandini kepada Reuters.
"Masalahnya adalah kesempatan untuk menaikkan pendapatan dan turnover. Kami mempunyai kontrak yang bagus dengan stasiun televisi meskpun jika ada sentralisasi hak klub-klub besar," sambungnya.
"Kami mempunyai pemasukan komersial walaupun tidak terlalu besar. Namun kami sangat sedikit mendapat pendapatan dari stadium, konsensi dan merchandise. Ini jadi gap yang besar antara Italia dengan Inggris serta Spanyol khususnya," sesalnya.
Selain soal rendahnya animo penonton, prestasi wakil-wakil Italia di kompetisi Eropa dari tahun ke tahun kian menurun. Contoh saja musim ini mereka hanya tinggal menyisakan Inter Milan yang masih bertahan di perempatfinal Liga Champions.
Maka tak heran jika koefisien Bundesliga kini menggeser Italia di peringkat ketiga, yang mana mereka berhak mengirimkan empat wakil ke Liga Champions pada musim 2012-2013. Seri A pada musim itu cuma bisa menyertakan tiga wakil.
"Kami tidak begitu bagus di Liga Europa. Klub-klub Jerman sangat bagus yang mana mempengaruhi ranking UEFA. Alasannya mungkin karena klub-klub kami di Liga Europa tidak punya skuad memadai untuk bermain di dua kompetisi yang berpengaruh pada pemasukan dari pertandingan," analisa Gandini.
"Kemampuan untuk berinvestasi adalah kunci untuk membawa para pemain top. Seluruh pemain terbaik kami punya di awal tahun 1990 dan sesudah itu mereka pindah ke Spanyol," tuntasnya. (Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar