30/03/11

Aisha, Putri Semata Wayang Khadafy

Anda mungkin berpikir, Aisha Khadafy yang merupakan putri tunggal pemimpin Libya, Moammar Khadafy, tidak punya hal yang perlu dipikirkan lagi pada hari-hari ini selain membentuk alisnya. Kenyataannya, sebagaimana dilansir Telegraph, Selasa (22/3/2011), saat kakaknya Saif tampak kusut dan kedengaran hampir sama sintingnya dengan ayahnya, Aisha Khadafy berada di tengah kerumunan orang di kompleks ayahnya, Bab Al-Azizia. Ia tampak rapi. Terlepas dari kenyataan bahwa ia telah berhenti mengecat rambut pirangnya dan sekarang memakai kerudung, ia selama ini menikmati reputasinya di pers Arab sebagai "Claudia Schiffer dari Afrika Utara". Claudia Schiffer adalah supermodel asal Jerman.

Dengan gaya glamornya dan kepentingan Khadafy untuk menampilkan wajah menarik bagi dunia, anak favorit dan putri semata wayangnya itu harus menjadi penghuni lembaran halaman majalah Hello sebagaimana Ratu Rania dari Jordania. Januari lalu ada rumor singkat dan menggoda bahwa dia punya hubungan gelap dengan Perdana Menteri Silvio Berlusconi yang ternyata tidak lebih dari spekulasi sembrono oleh sebuah koran Italia. Namun, selain satu foto yang secara luas direproduksi dan menunjukkan dia tampil kasual dengan rambut terurai, Aisha jarang tampil di depan publik.

Foto glamor itu diambil sebelum tahun 2006 ketika ia menikahi Ahmed al-Gaddafi al-Qahsi, seorang sepupu dan kolonel Angkatan Darat, dan menjadi ibu dari tiga orang anak. Sejak itu dia tampil rendah hati meskipun ia mengepalai Wa'tassimu, kelompok amal terbesar Libya, dan berperan (yang diberhentikan bulan lalu) sebagai Duta Niat Baik PBB.

Biografinya berjudul Putri Damai setebal 92 halaman, yang dibuat seorang Tunisia, sayangnya tidak punya versi terjemahan. Dia hanya bersedia diwawancara Sunday Telegraph, Oktober lalu. Wawancara itu dilakukan di sofa berbentuk putri duyung di vila luasnya di pinggiran Tripoli.

Ketika ditanya bagaimana orang bereaksi ketika mereka tahu siapa dia, Aisha Khadafy mengatakan, mereka "umumnya terkesiap, dan kemudian mereka menjadi sangat ramah, dan menggunakan kesempatan itu untuk mengirim ucapan kepada ayah saya. Tidak ada seorang pun yang bereaksi buruk."

Menurut Telegraph, dugaan bahwa Khadafy tua mungkin tidak begitu terkenal di dunia sebagaimana pada hari-hari ini bisa menjelaskan mengapa Aisha mencoba untuk terbang ke Malta bulan lalu. Seperti putri Saddam Hussein, yang berlindung di Jordania, dia mungkin lebih suka untuk tidak bergabung dengan ayahnya yang dikagumi banyak orang itu pada hari-hari ini. Namun, setelah mendapati dirinya kembali, ia telah melakukan yang terbaik dalam situasi ini. "Saya tetap di sini," katanya kepada masyarakat Libya.

Perannya sebagai Claudia Schiffer sudah berakhir. Sekarang dia menjadi "Benazir Bhutto dari Afrika Utara", seorang perempuan yang mencoba untuk menegakkan kehormatan keluarga pada waktu yang harus membawa dia kembali pada kenangan traumatis masa kanak-kanak. Ketika berumur 9 tahun, Aisha tidur di samping saudari adopsinya, Hana, saat anak itu tewas karena serangan udara AS di Tripoli. "Saya terbangun karena gemuruh suara bom dan jeritan saudari saya dengan darah tepercik di badan saya." Segera setelah mengatakan hal itu, ia terlihat mengepalkan tinjunya ke arah kamera.

Sejak kejadian kematian Hana, dalam beberapa acara ia memperlihatkan sikap membangkangnya. Tahun 2000, dua tahun setelah perjanjian damai Irlandia Utara, dia menampilkan diri sebagai tamu yang kurang bijak bagi Inggris dengan memberikan pidato yang mendukung IRA di Speakers Corner. Tahun 2004, ia mengajukan diri sebagai sukarelawan untuk menjadi salah satu tim pengacara yang membela Saddam Hussein. "Saya belajar hukum dan merasa berkewajiban untuk membela siapa pun yang merasa bahwa dia telah dituduh secara salah."

Dibandingkan dengan cara-cara dari tujuh saudara laki-lakinya yang kleptokratis dan penuh kekerasan, Aisha tampaknya relatif santun. Menurut WikiLeaks, dia telah diberi tugas "memantau saudaranya". Mungkin tidak banyak yang bisa dia lakukan untuk mereka sekarang sehingga Saif menyatakan, "Kami akan berjuang sampai pria dan perempuan serta peluru terakhir." Namun Aisha tetap terlihat cantik di garis depan. (Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar